Get Gifs at CodemySpace.com

Senin, 08 November 2010

Ternyata Semut Haram !!!!

1.Semut haram dimakan. Demikian kesimpulan yang diambil oleh ulama dari hadits berikut:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ قَتْلِ أَرْبَعٍ مِنْ الدَّوَابِّ النَّمْلَةُ وَالنَّحْلَةُ وَالْهُدْهُدُ وَالصُّرَدُ [طَائِر ضَخْم الرَّأْس وَالْمِنْقَار لَهُ رِيش عَظِيم نِصْفه أَبْيَض وَنِصْفه أَسْوَد]. (د 4583 جه.حم.حب. صحيح) شَرْح مُسْلِم: “بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ عَلَى شَرْط الْبُخَارِيّ وَمُسْلِم. وَ صَحَّحَهُ اْلإِمَام الْحَافِظ عَبْد الْحَقّ الْأَشْبِيلِيّ وَالْعَلاَّمَة كَمَال الدِّين الدَّمِيرِيّ).
Dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Nabi saw melarang dari membunuh empat binatang melata: semut, lebah, burung hud-hud, dan burung besar ‘shurad’ [1].” HR Abu Dawud dengan sanad shahih sesuai syarat Bukhari & Muslim.
2. Dalam Hidayatul Anam Syarh Bulughul Maram, Doktor ‘Abdur Rasyid Salim menulis, “Dalam hadits ini terdapat pengharaman membunuh keempat hewan tersebut, dan diambil pengertian dari situ bahwa memakannya juga haram.”
3. Tentang semut tersebut, dalam ‘Aunul Ma’bud syarh Abu Dawud ditulis:
قَالَ الدَّمِيرِيّ : وَالْمُرَاد النَّمْل الْكَبِير السُّلَيْمَانِيّ كَمَا قَالَهُ الْخَطَّابِيُّ وَالْبَغَوِيّ فِي شَرْح السُّنَّة ، وَأَمَّا النَّمْل الصَّغِير الْمُسَمَّى بِالذَّرِّ فَقَتْله جَائِزٌ ، وَكَرِهَ مَالِكٌ قَتْل النَّمْل إِلَّا أَنَّهُ يَضُرّ وَ لاَ يُقْدَر عَلَى دَفْعه إِلَّا بِالْقَتْلِ . وَأَطْلَقَ اِبْن أَبِي زَيْد جَوَاز قَتْل النَّمْل إِذَا آذَتْ اِنْتَهَى .
Damiri berkata, “Maksudnya adalah semut besar as-Sulaimani, sebagaimana dijelaskan oleh Khaththabi dan Baghawi dalam Syarhus Sunnah. Adapun semut kecil yang disebut Dzarr maka boleh dibunuh. Sedangkan Malik membenci pembunuhan semut kecuali bila semut itu membikin madharat dan tidak dapat ditolak kecuali dengan cara dibunuh. Ibnu Abi Zaid menyatakan diperbolehkan secara umum untuk membunuh semut bila mengganggu.”
4. Mengapa semut dilarang untuk dibunuh? Al-Khathtabi menjawab:
إِنَّمَا جَاءَ فِي قَتْل النَّمْل عَنْ نَوْع مِنْهُ خَاصّ وَهُوَ الْكِبَار ذَوَات الْأَرْجُل الطِّوَال لِأَنَّهَا قَلِيلَةُ الْأَذَى وَالضَّرَر. (العون 4583)
Tiada lain semut yang dilarang untuk dibunuh adalah satu jenis yang khusus saja, yaitu semut besar yang berkaki panjang-panjang, sebab jenis ini sedikit gangguan dan madharatnya.
5. Mengapa lebah dilarang untuk dibunuh? Al-Khathtabi menjawab:
وَأَمَّا النَّحْلَة فَلِمَا فِيهَا مِنْ الْمَنْفَعَة وَهُوَ الْعَسَل وَالشَّمْع. (العون 4583)
Adapun lebah, karena terdapat manfaat padanya, yaitu madu dan lilin.
6. Mengapa burung besar ‘Shurad’ & hud-hud dilarang untuk dibunuh? Al-Khathtabi menjawab:
وَأَمَّا الْهُدْهُد وَالصُّرَد فَلِتَحْرِيمِ لَحْمهَا ، لِأَنَّ الْحَيَوَان إِذَا نُهِيَ عَنْ قَتْله وَلَمْ يَكُنْ ذَلِكَ لِاحْتِرَامِهِ أَوْ لِضَرَرٍ فِيهِ كَانَ لِتَحْرِيمِ لَحْمِهِ أَلَا تَرَى أَنَّهُ نَهَى عَنْ قَتْل الْحَيَوَان بِغَيْرِ مَأْكَلَةٍ ، وَيُقَال إِنَّ الْهُدْهُد مُنْتِن الرِّيح فَصَارَ فِي مَعْنَى الْجَلَّالَة ، وَالصُّرَد تَتَشَاءَم بِهِ الْعَرَب وَتَتَطَيَّر بِصَوْتِهِ وَشَخْصه ، وَقِيلَ إِنَّمَا كَرِهُوهُ مِنْ اِسْمه مِنْ التَّصْرِيد وَهُوَ التَّقْلِيل. اِنْتَهَى كَلَام اِبْن الْأَثِير. (العون 4583)
Adapun burung hud-hud dan shurad, itu karena dagingnya haram. Sebab hewan itu bila dilarang untuk dibunuh padahal keharaman tersebut tidak karena kehormatannya atau karena adanya madharat dalam membunuhnya, adalah hal itu karena dagingnya haram … Ada dikatakan, “Hud-hud itu baunya busuk, maka ia semakna dengan hewan jallalah pemakan tai. Sedangkan burung shurad, bangsa Arab merasa sial dengannya dan mengundi nasib dengan suara plus bodinya. Ada dikatakan pula, “Tiada lain mereka membencinya karena namanya diambil dari kata tashrid yang berarti menyedikitkan. Selesai penjelasan Ibnul Atsir. (‘Aunul Ma’bud )
7. Terakhir perlu dikatakan kepada Antum: “Semut itu bukan makanan, dan diciptakan tidak untuk santapan Antum. Makanan selainnya banyak, beraneka, dan berfariasi. Maka, makanlah yang baik-baik dari rizki Alloh Swt.